Baked Chicken Village with Local Herb Menu Imlek Original

AYAM BERDIRI: Executive Chinese Chef di Xiang Fu Hai Cuisine Vasa Hotel Surabaya dan ayam panggang bertekstur crispy di bagian kulitnya. Ayam kampung dipilih karena dagingnya padat. (Alfian Rizal/Jawa Pos)

Momen tahun baru warga Tionghoa atau Imlek identik dengan kumpul bersama keluarga besar, bersantap, sekaligus mengobrol penuh kehangatan. Menu makanan dalam porsi besar yang bisa disantap ramai-ramai pun menjadi pilihan. Salah satu alternatifnya adalah olahan ayam panggang beraroma khas yang diperkaya beragam rempah pilihan. Disajikan dalam bentuk standing chicken yang menggugah rasa lapar.

AYAM panggang utuh yang diolah dengan rempah-rempah sehat itu dibuat Executive Chinese Chef di Xiang Fu Hai Cuisine Vasa Hotel Surabaya Lim Kim Loong. Dia menggunakan ayam kampung karena rasanya mantap. Tekstur dagingnya juga lebih padat daripada ayam potong yang memiliki lebih banyak lemak. ”Ayam kampung lebih beraroma dan dagingnya pun lebih gurih pas dimakan,” ujar Kim.

Lelaki asal negeri jiran itu menjelaskan, pengolahan ayam yang dipanggang menjadikan aromanya sangat khas. Dengan cita rasa smokey yang membuat siapa pun tidak sabar menyantapnya. Selain memengaruhi aroma ayam, pemanggangan menjadikan daging ayam wangi dan juicy.

”Jadi, dalamnya juicy, luarnya crispy. Timing pemanggangan memang harus diperhatikan betul supaya ayam tidak overcook. Saat sudah matang, ayam yang dipanggang juga tampak lebih kecil atau menyusut jika dibandingkan ketika masih mentah,” terang dia.

Kim menegaskan, ayam kampung yang dipilih juga harus fresh. Lelaki yang sudah tinggal sembilan tahun di Indonesia itu menuturkan bahwa sebaiknya tidak memilih ayam kampung yang terlalu besar. Sebab, tekstur dagingnya berpotensi agak keras. Idealnya adalah ayam kampung seberat 600–800 gram. Ketika sudah dibumbui, ayam mesti segera dimasak. Jangan lagi disimpan di kulkas atau freezer. Sebab, rasa ayam nanti bisa terlalu asin.