RELIGI  

Wasekjen PBNU: Di Era Modern, Makna Jihad dan Pahlawan Bisa Diperluas

Sumatera Today – Jihad memiliki tataran makna yang sangat luas. Bukan sebatas pada perang kombatan, makna perjuangan sejatinya lebih daripada itu. Demikian disampaikan oleh Sejarawan KH Abdul Mun’im DZ saat mengisi webinar Road to Muktamar NU-34 bertajuk Nahdlatul Ulama dan Kepahlawanan, Kamis (11/11/2021) malam.

Ia menerangkan bahwa definisi pahlawan perlu segera diperluas. Tidak hanya identik dengan mereka yang mengangkat senjata, tetapi juga yang berjuang pada bidang strategis lainnya. “Harus objektif. Ijtihad, jihad, dan mujtahid. Itu kan sama-sama satu akar,” beber Wakil Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu.

Sebagaimana pada pertempuran 1945. Ia menyebut bahwa banyak sejumlah pihak yang justru terinspirasi oleh ahli mujahadah. Pertempuran yang saat itu hanya dengan menggunakan senjata apa adanya, tentu tidak meyakinkan dan sebanding dengan lawan. “Kekuatan ahli mujahadah itu berada di belakang seluruh pertempuran ini sehingga mendapatkan kemenangan. Makanya, ahli mujahadah tidak bisa dilupakan,” jelasnya. Berbicara soal kepahlawanan dan problematikanya, baginya, makna kepahlawanan saat ini masih terfokus pada kontribusi seseorang dalam perang fisik. Menurutnya, apabila definisi tersebut masih terus digunakan hingga situasi hari ini, makna pahlawan berpotensi menciut dan lenyap.

“Generasi ‘45 yang mendapatkan gelar pahlawan memang yang berperang. Kalau diteruskan definisi itu, lama-kelamaan tidak ada pahlawan, karena sudah tidak ada perang fisik,” paparnya.

Oleh karenanya, makna jihad dan kepahlawanan bisa dipugar dan diperluas lagi, menyesuaikan dengan konteks kehidupan modern. Catatan sejarah perjuangan bisukan peran ulama Menukil sabda Rasulullah saw, ia menerangkan bahwa perang fisik dari pertempuran yang dahsyat pun sejatinya adalah pertempuran kecil.